Ada 5 racun hati yang banyak tersebar dan membahayakan kehidupan hati. Racun hati tersebut adalah:
1.Bicara berlebihan
Lisan termasuk nikmat Allah yang paling agung dan ciptaan-Nya yang paling aneh, lembut nan ajaib. Dari lisan bisa dihasilkan ketaatan atau dosa. Barangsiapa yang tidak menjaga lisannya dengan baik, lalu ia terperangkap dalam tipu daya setan, maka lisan akan menjerumuskannya ke neraka.
Mu’adz bin Jabal pernah bertanya, ”Ya Rasulullah apakah kami dihukum akibat perkataan kami?” Beliau menjawab,”Bagaimana kamu ini wahai Ibnu Jabal, tidaklah manusia dicampakkan ke dalam api neraka kecuali karena akibat lidah mereka.” (HR. Tirmidzi).
Manusia menanam kebaikan dan keburukan dengan perkataan dan perbuatan, lalu ia akan menuai apa yang ia tanam pada hari kiamat. Secara lahir, hadits Mu’adz tersebut menunjukkan apa yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, yaitu perkataan dengan lisan. Sebab, dalam maksiat perkataan, terkadang kesyirikan masuk di dalamnya. Padahal, syirik adalah dosa yang paling besar di sisi Allah.
Dalam hal ini, masuk pula perkataan tentang Allah tanpa dasar ilmu yang merupakan teman dekat kesyirikan. Selain itu, masuk pula kesaksian palsu, sihir, menuduh berbuat zina kepada muslimah, dan sebagainya yang termasuk dosa-dosa besar dan kecil. Misalnya, dusta, ghibah, mengadu domba, dan semua maksiat yang bersifat perbuatan yang pada umumnya disertai perkataan untuk mendukungnya.
Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya,
”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Hadits ini merupakan salah satu Jawani’ Al-Kalim (perkataan yang singkat tetapi sarat makna) yang dimiliki beliau. Dalam sebuah Atsar, Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, ”Demi Allah yang tidak ada illah yang wajib diibadahi selain Dia, tidak ada sesuatu yang lebih penting untuk terus dijaga selain lisanku.”
Pada kesempatan kali ini akan dibahas beberapa penyakit lisan yang marak terjadi, yaitu bicara yang tidak berguna, ghibah, adu domba, dan pujian.
Bagi seorang hamba, setiap hembusan nafasnya adalah modal utamanya. Sehingga, melakukan pembicaraan yang tidak berguna merupakan ciri kebodohannya dalam mempergunakan waktu. Nabi SAW bersabda, yang artinya, ”Di antara (tanda) kebaikan keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR. At Tirmidzi).
Adapun maksud yang paling kuat dari ”meninggalkan sesuatu yang tidak berguna” ialah menjaga lisan dari pembicaraan yang sia-sia.
Atha’ bin Abi Rabbah berkata, ”Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian (para sahabat Nabi) membenci bicara berlebihan. Mereka menganggap semua ucapan berlebihan, selain Kitabullah Azza wa Jalla, Sunnah Rasulullah SAW, amar ma’ruf atau nahi munkar, atau membicarakan keperluan hidup yang memang harus dilakukan.
Penyakit lisan lainnya yaitu ghibah. Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan Abu Hurairah, beliau bertanya kepada para sahabat, ”Tahukah kalian apa ghibah itu?” Mereka menjawab,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, yang artinya, ”Yaitu, engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang tidak disukainya.” Seseorang bertanya, ”Bagaimana jika apa yang aku bicarakan memang ada padanya?” Beliau bersabda, ”Jika apa yang engkau bicarakan itu memang ada pada saudaramu, berarti engkau telah mengghibahinya, dan jika tak ada padanya, berarti engkau telah melontarkan tuduhan dusta kepadanya.”
Kemudian Allah membuat perumpamaan tentang ghibah, yang artinya,
”...Sukakah seseorang dari kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati...?Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya...” (QS. Al-Hujurat : 12).
Ketahuilah, orang yang mendengarkan ghibah sama dengan pelakunya. Ia tidak bisa lepas dari dosa ghibah, kecuali jika ia mengingkari dengan lisannya. Apabila ia takut, ia bisa mengingkari dengan hatinya. Namun, jika ia mampu mencegah atau mengalihkan pada pembicaraan yang lain, hal itu wajib ia lakukan.
Selain itu, namimah (adu domba) juga menjadi penyakit lisan yang berbahaya. An Namimah ialah mengalihkan pembicaraan di antara manusia dengan tujuan merusak dan mengobarkan permusuhan serta kebencian. Adu domba merupakan akhlak tercela karena mendorong terjadinya fitnah, pemutus hubungan, penanam kedengkian, dan menceraiberaikan persatuan.
Kemudian, pujian juga termasuk penyakit lisan yang berbahaya, berkaitan dengan orang yang memuji dan dipuji. Bahaya yang berkaitan dengan orang yang memuji ialah, terkadang ia berlebih-lebihan dalam memuji, yang ujung-ujungnya semua itu bohong. Naifnya, kadang ia memuji orang yang sepatutnya dicela.
Pujian juga memiliki bahaya bagi orang yang dipuji. Karena, terkadang pujian bisa menyebabkannya sombong dan ujub (kagum pada diri sendiri), yang merupakan dua hal penyebab kerusakan. Dalam konteks ini, Rasulullah SAW bersabda ketika mendengar ada orang yang memuji seseorang, yang artinya,”Celakalah engkau. Engkau telah memenggal leher saudaramu itu.”
2.Memandang berlebihan
Memandang secara berlebihan adalah melepaskan pandangan terhadap sesuatu dengan sepenuh mata dan melihat pada sesuatu yang tidak diperbolehkan. Adapun bahaya pandangan yang berlebihan ialah:
Pertama, pandangan yang berlebihan adalah maksiat dan menyelisihi perintah Allah.
Karena, Allah telah berfirman dalam QS. An-Nur : 30, yang artinya, ”Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, ’Hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Kedua, menceraiberaikan dan menjauhkan hati dari Allah. Ketiga, bisa melemahkan hati dan membuatnya sedih.
Keempat, menjadikan hati gelap. Bila hati sudah gelap, berbagai cobaan dan kejelekan akan menimpanya dari segala penjuru. Bisa berbuat bid’ah, sesat, menuruti hawa nafsu, menjauhi petunjuk, dll.
Kelima, pandangan berlebihan bisa mengeraskan hati dan menyumbat pintu ilmu.
Keenam, mempersilahkan setan masuk ke dalam hati. Sebab, setan masuk ke dalam hati bersama pandangan.
Ketujuh, melepaskan pandangan bisa menjerumuskan hamba ke dalam kelalaian dan memperturutkan hawa nafsu.
Kedelapan, sesungguhnya pandangan memiliki peran dalam hati layaknya anak panah dalam memanah. Jika ia tidak mematikan, setidaknya akan melukai. Orang yang melihat seperti itu seperti melempar anak panah yang berbalik kepada dirinya sendiri, namun ia tidak merasa. Orang tersebut sebenarnya memanah hatinya sendiri.
Kesembilan, mengakibatkan penyesalan, keluh kesah, dan kepanasan.
Kesepuluh, ia bisa melukai hati, yang diikuti luka demi luka.
Kesebelas, bisa meredupkan cahaya bashirah (mata hati).
Kedua belas, bisa menjerumuskan hati dalam kehinaan mengikuti hawa nafsu, menyebabkan hati lemah, serta jiwa hina dan rendah.
Ketiga belas, bisa menjerumuskan hati menjadi tawanan syahwat.
Dan keempat belas, kian menguatkan kelalaian kepada Allah dan negeri akhirat, serta menyebabkan terombang-ambing dalam kerinduan.
3.Berlebihan dalam bergaul
Kaidah positif dalam hal pergaulan ialah: Hendaknya manusia bergaul dalam kebaikan, seperti dalam shalat Jum’at, shalat jama’ah, hari raya, haji, mempelajari ilmu, jihad, dan nasihat. Selain itu, jauhilah mereka dalam hal kejelekan dan berlebih-lebihan dalam perkara mubah.
Kalau terpaksa bergaul dengan mereka dalam kejelekan, sementara tidak mungkin untuk menghindar, maka berhati-hatilah, jangan sampai bersepakat dengan mereka. Senantiasalah berlindung kepada Allah, berzikir kepada-Nya, dan menjauhi perkara-perkara yang merusak. Kemudian, dalam bergaul hendaknya kita memilah manusia menjadi empat macam, yaitu:
Pertama, teman bergaul sebagaimana makanan yang dibutuhkan setiap hari. Mereka ialah para ulama yang mengetahui Allah, perintah-Nya, tipu daya musuh-Nya, serta penyakit-penyakit hati berikut obatnya. Mereka ialah orang-orang yang memberi nasihat bagi Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, dan semua makhluk-Nya. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dari pergaulan semacam ini.
Kedua, teman bergaul sebagaimana obat yang dibutuhkan ketika sakit. Mereka ialah orang-orang yang perlu dipergauli demi kemaslahatan hidup dan memenuhi keperluan. Misalnya, ragam jenis interaksi, persekutuan, konsultasi, berobat, dan sebagainya.
Ketiga, teman bergaul sebagaimana penyakit dengan ragam jenis tingkatan, kekuatan, dan kelemahannya. Yaitu orang yang tidak menguntungkan baik dari segi Din dan dunia atau salah satunya.
Keempat, teman bergaul yang membawa kerusakan. Mereka adalah para pelaku bid’ah, sesat, dan menolak Rasulullah SAW, tetapi mengajak selainnya.
4.Makan berlebihan
Menurut penelitian, perut merupakan sumber syahwat, penyakit, dan bahaya. Sebab, syahwat perut akan diikuti oleh syahwat kemaluan, syahwat makanan, serta ambisi terhadap kedudukan dan harta--keduanya merupakan sarana untuk memperbanyak makanan, harta, dan pangkat.
Jika hamba menundukkan jiwanya dengan lapar dan menyempitkan jalan setan, niscaya ia akan tunduk untuk menaati Allah dan tidak menapaki jalan kesombongan dan kesesatan.
Luqman pernah berkata kepada anaknya, ”Wahai anakku, jika lambung penuh dengan makanan, maka pikiran akan tidur, hikmah akan bisu, dan semua anggota tubuh berhenti dari aktivitas ibadah.”
Di antara faedah lapar yang paling agung ialah bisa mengalahkan syahwat untuk perbuatan maksiat dan menguasai nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan. Karena, biang semua perbuatan dosa ialah syahwat dan kekuatan. Sementara itu, sumber kekuatan dan syahwat ialah makanan. Pada saat lapar, seseorang akan lemah dan tunduk kepada Rabb-nya, serta tetap di atas kelemahan dan ketundukannya.
5.Tidur berlebihan
Tidur yang berlebihan bisa mematikan hati, menjadikan badan berat, menyia-nyiakan waktu, serta menyebabkan sering lalai dan malas. Tidur ada yang sangat makruh serta ada yang berbahaya dan tidak bermanfaat bagi tubuh. Kategori tidur sebagai berikut :
-Adapun tidur yang paling bermanfaat adalah ketika seseorang amat membutuhkannya.
-Tidur pada awal malam lebih bermanfaat daripada tidur pada akhir malam.
-Tidur pada pertengahan siang lebih bermanfaat daripada tidur pada pagi dan sore hari.
-Tidur di antara waktu shalat Subuh dan terbitnya matahari makruh hukumnya. Sebab, itu adalah waktu yang amat berharga, permulaan dan kunci-kunci siang, waktu turunnya rezeki, memperoleh bagian, dan tersebarnya berkah.
-Di antara tidur yang tidak bermanfaat lainnya adalah tidur pada awal malam setelah matahari terbenam. Bahkan ia menjadi makruh secara syar’i dan tabiat lantaran Rasulullah juga membencinya. Sebagaimana halnya banyak tidur bisa menyebabkan terjadinya bahaya, maka meninggalkannya sama sekali juga menimbulkan bahaya seperti memperburuk watak, menyebabkan jiwa tidak stabil, mengeraskan pemahaman dan amal, serta mengakibatkan ragam penyakit yang tak bermanfaat pada hati dan tubuh pelakunya. Oleh sebab itu, hal yang terbaik adalah dengan menjaga keseimbangan antara keduanya.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk tetap menjaga hati dari racun-racun yang siap menghancurkannya.
(Dari Buku MENCARI HATI YANG HILANG, KARYA; Ust. Tajuddin Nur, Lc & Muklisin Raya TM)