Jumat, 20 Desember 2013

Ridha Orang Tua, Ridha Allah Juga

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun] bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14) Kita lahir di dunia disambut dengan syukur, disambut dengan suara adzan atau iqomah. Betapa bahagianya orang tua kita atas kelahiran kita. Ibu yang berjuang; mengandung dalam keadaan yang semakin lama semakin lemah, Ibu melahirkan kita antara hidup dan mati, namun setelah kita lahir semua rasa sakit itu sirna dari Ibunda kita. Ibu dan Ayah sangat bahagia menyambut kelahiran kita. Ibu menyapih kita, mendidik, Ayah yang begitu sayang selalu memberikan nafkah yang terbaik bagi buah hatinya. Di saat kita kecil, Ibu yang menjaga kita, menyusui, membersihkan kotoran kita, memandikan, memberi makan, menyiapkan segala sesuatu yang kita butuhkan. Saat Ibu dan Ayah tertidur lelap di tengah malam, mereka segera bangun ketika kita menangis, mereka rela berjaga ketika kita sakit. Saat usia kita beranjak remaja, mereka mengantarkan kita ke sekolah, pagi-pagi Ibu selalu sibuk menyiapkan peralatan sekolah, memberi kita uang jajan, saat jauh mereka selalu mengirimi uang dan do’a. Terkadang makan tak enak, tidur tak nyenyak mereka rasakan ketika mengingat buah hati yang jauh di pelupuk mata. Sungguh besar pengorbanan orang tua kita. Ibunda yang tercinta telah berkorban, dari mengandung, melahirkan, menyapih, membesarkan dan mendidik. Alangkah mulia jasamu, alangkah indah kasihmu sepanjang masa. Ibunda dan Ayahanda..telah banyak memberi dan berkorban untuk buah hatimu, kasih sayangmu, pengorbananmu dengan airmata, peluh, darah, harta, bahkan nyawa engkau pertaruhkan. Ananda tak sanggup membayangkan, bahkan air mata ini deras mengalir ketika harus mengingat jasa-jasamu, ketika Ibunda dan Ayahanda berdiri di tengah teriknya panas, bercucuran keringat, tak peduli hujan, panas dan badai. Yang ada dalam hati Ibunda dan Ayahanda adalah supaya anak-anakmu tetap bisa menuntut ilmu. Ananda sadar, meski Ananda merubah tanah menjadi emas, lautan dipenuhi mutiara, maka Ananda takkan sanggup membalas jasa Ibunda dan Ayahanda. Namun, Ananda menyadari bahwa Ayahanda dan Ibunda menginginkan anak yang shaleh, berbakti serta bermanfaat bagi agama dan bangsa. Wahai diriku, saudaraku, bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap kedua orang tua kita. Kita adalah titipan Allah, yang dititipkan pada kedua orang tua kita. Kalau kita berbakti kepada mereka dalam pengabdian pada Allah, maka kita juga berarti berbakti pada-Nya. Karena setelah perintah beriman kepada Allah diiringi perintah berbakti kepada kedua orang tua. Jelaslah keridhaan orang tua juga keridhaan Allah. Jika durhaka kepada orang tua, mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mereka, itu adalah perbuatan dosa besar dan durhaka juga pada Allah. Jangankan berkata kasar, karena berkata ‘ah’ saja dilarang, apalagi ada di antara anak-anak yang tidak tahu balas budi, yang tega membentak orang tuanya dan malah kasus yang sering kita dengar anak membunuh orang tua. Sungguh besar kemurkaan Allah dan azab yang disegerakan adalah durhaka kepada kedua orang tua. Maka jalan mulia adalah berbakti dan berbuat baik terhadap mereka, katakanlah perkataan yang lemah lembut, buatlah mereka bahagia, seperti di masa kecil kita yang suka menangis, merekalah yang selalu membujuk. Kalau kita sudah berkeluarga, seringlah menjenguk mereka, berilah sesuatu yang terbaik pada mereka. Janganlah istri atau suami menjadikan kita durhaka pada kedua orang tua. Bukankah Ibu yang melahirkan kita, bukankah mereka yang menjaga, membesarkan, mendidik, memberikan nafkah yang halal kepada kita? Apakah ‘durhaka’ yang kita berikan kepada mereka setelah apa yang mereka lakukan pada kita? Tidak, tidak wahai diriku, saudaraku, kita harus membahagiakan mereka, biarkan mereka tersenyum lebar saat melihat kita membuktikan rasa cinta dan keberhasilan mereka mendidik kita. Ya, jangan terlambat untuk mengatakan terimakasih dan cinta luar biasa pada mereka berdua, buktikan sekarang juga. Jangan menunggu mereka dipanggil sang Khalik, kita akan menyesal selamanya jika kita tak sempat membuktikan keberhasilan dan cinta kita pada mereka. Muhasabah : Wahai diriku, berapa kalikah engkau menyuapkan makanan untuk kedua orang tuamu ketika mereka sakit atau uzur? Atau mungkin lebih banyak mengatakah “ah” dan membantah atau durhaka kepada mereka? Ingatlah dosa-dosa kita terhadap kedua orang tua kita; ibu yang telah mengandung 9 bulan dengan susah payah, antara hidup dan mati. Ibu yang menggendong, menyapih, menyusui, memberikan kasihnya. Sangat naif, sesudah dewasa dan sudah punya suami atau istri, malah kita menyakiti hatinya dengan ucapan dan tindakan kita dan merasa malu membawanya. Jangan lupa juga ayah kita dengan keringatnya susah payah mencari nafkah. Setiap hari kita meminta uang jajan kepadanya, meminta membelikan hal-hal yang tidak wajar dan kita memamerkan kepada teman-teman kita, padahal ayah kita dalam kesusahan, di mana rasa malu kita? Tidakkah kita menyadari bahwa itu salah satu dosa besar yang akan mendapat murka Allah baik di dunia dan di akhirat. Renungkanlah, sudah berapa banyak kita bisa mengucapkan kata ‘terimakasih’ pada mereka saat mereka memberikan cinta dan kasih sayang pada kita. Bahkan mungkin berat bagi kita mengatakan terimaksih, mungkin jarang kita ucapkan pada mereka, sementara kita selalu mengucapkan terimakasih pada orang lain. Renungkan lagi, berapa sempat kita membersihkan pakaian mereka, memandikan mereka saat mereka sudah tua renta, menyuapkan mereka sekali saja seumur hidup mereka? Tahukah kita, saat kita kecil, mereka yang membersihkan kotoran kita, memandikan kita, menggantikan pakaian kita, menyuapkan kita? Apakah kita tidak terpikir berbuat demikian pada mereka? Tanyakan hati, tanyakan air mata, di mana rasa itu? Lakukan yang terbaik mulai detik ini, pernahkah kita memeluk keduanya, mencium pipinya, mencium tangan atau kakinya? Tapi kenyataan dari kita selalu mendikte mereka, membentak mereka, meminta sesuatu di luar batas kemampuan mereka. Wahai diriku, jika mereka masih ada, maka bersegeralah meminta maaf, mohonkan keridhaan mereka, agar hidup kita menjadi mudah dan selamat. Namun jika mereka telah pergi, telah dijemput sang Khalik, maka satu-satunya cara, jadilah anak yang shaleh, do’akan mereka dengan air mata cintamu. Ya Allah ya Karim, kami yang dhaif ini, kami sebagai anak namun sangat zalim bahkan pernah durhaka kepada kedua orang tua kami. Hanya ampunan-Mu yang bisa membantu kami, kasihanilah kami jika belum bisa berbuat baik seutuhnya kepada mereka, “Kasihilah kedua orang tua kami, masukanlah mereka ke dalam Jannah-Mu.” (Dari Buku MENCARI HATI YANG HILANG, KARYA; Ust. Tajuddin Nur, Lc & Muklisin Raya TM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar