Saya adalah seorang pelajar putri. Sejak kecil, saya selalu berpegang teguh pada agama. Namun, sangat disayangkan, saya tidak memakai jilbab. Walau di dalam keluarga saya menghadapi banyak masalah, saya selalu berusaha melaksanakan ibadah secara rutin. Saya sangat dekat kepada Allah.
Kondisi berubah saat saya mulai bergaul dengan banyak orang yang jauh dari Allah. Sedikit demi sedikit daya terpengaruh oleh mereka. Apalagi saat saya memasuki bangku kuliah, posisi saya semakin sulit. Kondisi lingkungan benar-benar telah bercampur antara laki-laki dan perempuan.
Saya mulai bergaul dengan teman-laki-laki secara wajar. Hingga suatu hari, hubungan biasa itu berubah menjadi hubungan istimewa dengan salah seorang dari mereka. Awalnya kita hanya bersahabat. Tidak berapa lama kemudian kita mulai berterus terang dengan perasaan masing-masing yang lebih dari sekadar berteman. Kita sepakat untuk menjauhi hal-hal haram dan tetap berpegang dengan cinta kita yang suci dan bersih.
Ia mulai menelepon saya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa jauh dari saya. Setelah lama menolak, akhirnya saya menurutinya. Akhirnya, saya sering berbicara dengannya melalui telepon. Saya menunggu seisi rumah pergi bila hendak ngobrol dengannya. Jika salah seorang keluarga saya pulang, saya berbohong, telepon itu dari salah seorang teman wanita saya. Saya seperti menjadi seorang pencuri, atau orang melakukan dosa dan berusaha menyembunyikan dosanya.
Lambat laun, masalah itu menjadi melebar, saya pun mulai pergi dengannya, namun ditemani oleh teman-teman saya. Setelah itu, kita mulai pergi berdua-duaan, sampai akhirnya melebar pada hal-hal yang dilarang oleh syariat.
Namun, shalat, prinsip pada agama, dan pendidikan menahan saya untuk jatuh pada jurang kehancuran. Seperti biasanya, ia pun meninggalkan saya setelah terjadi beberapa masalah di antara kami. Itu tentu menjadi pukulan berat bagiku. Sepeninggalnya, saya merasa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa saya cintai selain ia.
Ia (pacarku) dahulu selalu mengatakan bahwa saya tidak mencintainya. Kalau saya mencitainya, otomatis saya memberikan apa yang ia minta. Bagaimana mungkin saya bisa membuktikan rasa cinta saya kepadanya, sedangkan bagi ia, bukti cinta adalah dengan melakukan hubungan suami istri. Saat pulang ke rumah, saya selalu tidak bisa memejamkan mata. Ruh saya melayang memikirkan bagaimana cara saya menghadapinya. Saya belum siap menghadapi kematian dalam keadaan seperti ini.
Suatu hari, saya tahu ia menghadiri salah satu pengajian. Saya juga tahu ceramah agama itu terbuka untuk laki-laki dan perempuan. Saya berniat mengadu kepada Syaikh dan memintanya mengatakan kepada mantan pacar saya agar ia kembali kepada saya; agar ia berjanji di depan Syaikh untuk tidak melakukan kesalahan kembali.
Saya pun pergi. Namun, yang saya dapati adalah hal yang sangat berlawanan. Penceramah berbicara tentang perasaan-perasaan seorang mukmin terhadap Tuhannya dan bagaimana seharusnya ia bersikap dengan-Nya. Ceramah agama itu sangat menarik, hingga saya merasa bahwa saya dalam keadaan dahaga dan telah mendapatkan ‘minuman’ saat itu. Seolah hidup saya selama ini dalam kekosongan, dan baru terisi pada hari itu.
Saat keluar dari ceramah itu, rasanya ingin sekali memeluk teman-teman wanita saya dan mencium mereka; mengusap kepala anak-anak jalanan, hingga saya melupakan bahwa saya telah melakukan dosa dan berharap untuk bertaubat. Saya merasa Allah telah mengampuni dosa-dosa saya, karena saya tahu, Allah sangat Pemurah dan sangat Pengasih. Saat itu, karena karunia Allah jugalah, saya mulai mengajar Al-Qur’an dan lebih berdisiplin dalam beribadah. Saya memohon kepada Allah, semoga saya bisa mencari wasilah (perantara) bagi banyak orang untuk mendapatkan hidayah Allah. Saya berusaha merangkul orang-orang. Alhamdulillah, saat itu saya merasa benar-benar telah siap menghadapi kematian. Saya merasa tenang dan tidak takut lagi. Saya selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, dan Allah akan seperti persangkaan hamba-hamba-Nya.
Amru Khalid mengomentari kisah ini : Cerita sederhana ini merupakan sebuah proses pergantian dari cinta kepada seorang laki-laki menjadi cinta kepada Allah. Jika saya memberi nasihat, bahwa bagi seorang wanita, daripada dia mencintai seoang pemuda, lebih baik dia mencintai Allah, tentu Anda akan menertawakan saya. Namun, setelah membaca cerita yang diungkapkan langsung oleh orang yang telah mengalaminya, saya bisa mengatakan kepada Anda semua, “Apa pendapat Anda, jika kita hidup dalam naungan cinta kepada Allah, hingga terbinanya sebuah perkawinan? Saya bertaruh, jika ada seorang wanita yang mencintai seorang pemuda, tetapi dia tetap dalam kecintaan kepada Allah, atau hubungan kepada Allah berjalan seperti biasanya. Tentu dia akan merasakan bahwa kondisinya mengalami kemunduran. Mari kita mencoba menyimpan perasaan kita hanya untuk Allah semata, karena Dia-lah satu-satunya yang memberikan nikmat kehidupan di atas dunia ini. Itulah yang dituturkan oleh Hasan bin Tsabit, saat ia bekata,
Wahai Tuhan aku tidak akan meninggalkan pintu-Mu
Dan tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintu-Mu.
Aku akan menenun baju keridhaan-Mu
Sungguh aku sangat tersanjung telah menjadi salah satu dari hamba-hamba-Mu.
Aku berbisik lirih dalam keheningan subuh
Saat dikatakan Siapakah Tuhan-Mu?
Tuhanku adalah Sang pencipta Alam
Aku sungguh sangat terhormat telah menjadi salah satu dari hamba-hamba-Nya.
Tuhanku adalah yang menerbitkan fajar
Aku tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintu-Mu.
Saya duduk santai bersama sekelompok anak muda. Saya bertanya kepada mereka, “Apakah nikmat terbesar yang Allah berikan untuk mereka?” sebagian mereka menjawab, “Ayah dan ibuku.” Sebagian lain menjawab, “Harta.” Yang ketiga menjawab, “Ampunan atas segala dosa-dosa.” Namun, ada seorang pemuda yang baru berumur sekitar tujuh belas tahun menjawab, “Nikmat terbesar adalah Tuhan kita adalah Tuhan kita saat ini.” Maksudnya, nikmat terbesar adalah kekuasaan Allah, karena Dialah Tuhan Yang Maha Menyayangi, Maha Mengampuni, Maha Memaafkan. Semua itulah yang menyebabkan manusia merasakan besarnya kenikmatan-Nya
Nikmat yang besar itulah yang diutarakan oleh saudari kita dalam cerita di atas, “Rasanya aku ingin berlari-lari di jalan....” Itulah tanda-tanda kecintaan Anda kepada Allah. Cobalah, niscaya Anda akan mendapati kebenarannya.
Jika Anda menerima cinta dari Allah, niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dan kesenangan. Seolah dunia telah berada di tangan Anda, karena Anda telah menjadi milik Rabb. Allah telah menjadi hal yang paling berharga dalam hidup Anda.
Sari Hikmah :
Wahai diriku yang jauh dari suci, saudaraku yang hampir mengotori fitrahmu, tahukah kita apa mutiara yang paling indah dan berharga yang dikaruniakan Allah kepada kita? Ia adalah kusucian (fitrah). Allah SWT selalu menghendaki setiap hamba-Nya tetap dalam kesucian hakiki, makanya Dia melarang dengan sangat mendekati apalagi melakukan zina. Dengan rahmat-Nya, Dia berfirman,
“Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buruk.” (QS. Bani Israil, 17 : 32).
Kita harus jeli dan berhat-hati dengan perkara zina ini, kadangkala ia bisa terjadi pada setiap celah dan kondisi. Rasulullah SAW bersabda,
“Bani Adam (manusia) tidak dapat menghindar dari perbuatan (yang mengantarkan kepada) zina, yang pasti akan menimpanya, yaitu zina mata adalah dengan melihat, zina telinga adalah dengan mendengar, zina lidah adalah dengan ucapan, zina tangan adalah bertindak kasar, zina kaki adalah dengan berjalan. (Dalam hal ini), hatilah yang punya hajat dan cenderung (kepada perbuatan tersebut), dan farji (kelamin) yang menerima atau menolaknya.” (HR. Muslim).
Saudarku, apakah kita tidak merasa khawatir dan takut? Karena semua anggota tubuh kita akan ditanya satu persatu. Pada saat itu, mulut kita terkunci, namun semua anggota badan kita berbicara dan bersaksi.
“Pada hari ini Kami tutup mulut-mulut mereka, dan berkata kepada Kamu tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian terhadap apa yang mereka usahakan (dahulu).” (QS. Yaa Siin, 36 : 65, lihat juga QS. Fushshilat, 41 : 21).
Sungguh dunia ini telah belebur dengan perangkap maksiat. Kita akan mudah terjerumus dan terjatuh jika tidak hati-hati menyikapinya.
Maka dari saudaraku, saudariku yang muslimah, jika saya boleh meminta, memohon, jagalah baik-baik mutiara kesucianmu...jangan sekali-kali ia ternodai. Demi Zat yang Maha Pengasih, betapa hancurnya hati kita, tidak tenangnya batin, memberontaknya jiwa jika kita mendapati kesucian itu ternodai, hilang, lalu jika ia hilang di manakah akan kita cari? Ia tidak bisa diganti dan satu-satunya. Tidakkah kita merasakan keperihan saat melihat jasad ini kotor, hina bahkan menjijikan, padahal ia telah dikaruniakan oleh Allah dan mulia sementara kita sendiri yang mengotorinya. Yakinlah saudaraku, saudariku yang muslimah, kita harus tetap menjaga kesucian diri, hati dan jiwa kita. Karena di situlah letak kemulian seorang hamba di sisi Rabb-nya. Allah sangat menyayangi kita dan mencintai kita, maka bisakah kita mencintai-Nya? Salah satu pembuktian cinta kita adalah menjaga kusucian yang satu-satunya Allah titipkan. Maka jauhilah hal-hal yang mendekati perbuatan zina, salah satunya berdua-duakan dengan lawan jenis atau pacaran. Islam tidak pernah menghalalkan hubungan ini, karena ia adalah jembatan menuju zina dan merampas kesucian manusia. Maka, jika seseorang itu melakukannya sangat berat hukumannya. Apalagi itu dlihat oleh orang banyak, itulah yang terjadi hari ini, ada saja manusia yang tidak malu dilihat orang melakukan hal tersebut dan dilihat diseluruh dunia? Betapa besar murka Allah baik di dunia maupun di akhirat.
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seseorang dari keduanya seratus (kali) dera, dan jangan belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman keduanya itu disaksikan oleh segolongan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur, 27 : 2).
Dari Anas ra. Berkata, Rasulallah SAW bersabda, “Sesungguhnya sebagian dari tanda kiamat adalah hilangnya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khamar, dan dilakukannya zina secara terang-terangan.”
“Akan ada sebagian di antara umatku yang menghalalkan zina (termasuk pacaran), sutera dan minuman keras serta alat-alat musik.” (HR. Bukhari).
Semoga Allah menjauhkan dan melindungi kita dari perbuatan keji dan hina ini serta memberikan hati yang selamat.
Muhasabah :
Berapa seringkah kita menghardik orang tua kita? Tidak mematuhi mereka? Berapa seringkah kita telah meninggalkan perintah shalat, padahal itu tiang agama kita? Barapa banyakkah kita makan dan minum yang diharamkan Allah? Berapa sering telinga kita yang mendengar maksiat? Saudaraiku, seberapa seringkah mulut kita berkata-kata tajam dan menyakti orang lain atau mengunjingnya? Berapa sering kita pernah berdua-duaan dengan lawan jenis? Wahai saudariku yang muslimah, dari sejak kapan engkau tidak menutup kepala dan setiap laki-laki non muhrim secara cuma-cuma melihat rambutmu? Apa yang membuatmu tidak mau menutup aurat? Atau ada yang sudah tapi hanya memakainya karena peraturan lembaga? Atau memakai jilbab tapi tidak seperti berpakaian seorang muslimah? Tidakkah kita takut kobaran api neraka yang membakar semua aurat yang terbuka tersebut?? Padahal menutup uarat itu wajib dan perintah Allah dalam Al-Qur’an. Wahai saudaraku, mengapa kita sering mengumbar syahwat, tidak mau menjaga mata dan pandangan kita? Jagalah mata hati kita agar bisa selamat.
Sebagai wanita yang selalu tergoda, kami sering membuka aurat, melepaskan kerudung kami, tidak memakai jilbab yang Engkau perintahkan dalam Al-Qur’an-Mu, seolah-olah kami tidak tahu, itulah kami wahai Rabb yang Maha Pengampun, mulai saat ini kami akan selalu menutup aurat dan menjaga kesucian kami. Semoga kami Engkau berikan kekuatan untuk menjadi karunia terbaik di sisi orang yang beriman, “Karunia terbaik yang diperoleh seorang mukmin setelah ketaatan kepada Allah adalah mendapatkan (menikahi) istri shalehah.” (HR. Ibnu Majah).
Ya Allah, banyak dosa mulut, telinga dan tangan kami kepada saudara-saudara kami. Semoga mereka bisa memaafkan kami dan Engkau mengampuni kami. Kami sadar dan insyafi semua ini.
Jangan jadikan tubuh kami kayu bakar api neraka, maka maafkanlah segala dosa kami yang lalu, sekarang dan yang akan datang.
Dalam buku Memo Cinta untuk Musafir di Jalan Allah, ada sebuah do’a meminta maaf yang ditulis oleh Imat Hikmatullah:
Ya Allah,
Aku mohon ampun kepada-Mu
di hadapanku, ada orang yang didzalimi
Aku tidak menolongnya.
Kepadaku, ada orang yang berbuat baik
Aku tidak berterima kasih kepadanya
Orang bersalah meminta maaf kepadaku
Aku tidak memaafkannya
Orang susah memohon bantuan kepadaku
Aku tidak menghiraukannya
Ada hak orang mukmin dalam diriku
Aku tidak memenuhinya
tampak di depanku aib mukmin
Aku tidak menyembunyikannya
di hadapkan kepadaku dosa
Aku tidak menghindarinya
Ilahi,
Aku mohon ampun
dari semua kejahatan itu
dan yang sejenis dengan itu
Aku sungguh menyesal
biarlah itu menjadi peringatan
agar Aku tidak berbuat yang sama sesudahnya
sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya
penyesalan atas segala kemaksiatan
tekadku untuk meninggalkan kedurhakaan
jadikan itu semua taubat yang menarik kecintaan-Mu.
Wahai Zat Yang Mencintai orang-orang yang bertaubat. (Dikutip dari do’a I’tidzar : do’a meminta maaf yang pernah diucapkan oleh Ali bin Husayn).
“Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar dunia, padahal kematian terus mengincarnya. Dan kepada orang yang melalaikan kematian, padahal maut tak pernah lalai terhadapnya. Dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.” (Salman Al-Farisi r.a).
Oleh; Ust. Tajuddin Nur, Lc & MR.TM dari buku MENCARI HATI YANG HILANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar