Kamis, 08 Oktober 2009

Belajar Dari Kisah Singa & Kambing

Jangan seperti singa yang tidak bisa mengaum di antara kambing-kambing

Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang melahirkan dan seketika itu pula ia mati. Bayi singa yang masih lemah itu hidup tanpa perlindungan sang induk. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Singa itu menggerak-gerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba meilhat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang induk kambing lalu menghampiri anak singa yang lemah itu dan membelainya penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, si bayi singa tak mau berpisah dengan sang induk kambing. Anak singa itu terus mengikuti ke mana pun induk kambing pergi. Maka jadilah ia bagian dari dan keluarga besar dari rombongan kambing itu.
Waktu pun berlalu, hari berganti hari, sementara itu anak singa tumbuh besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum dan bermain bersamas anak-anak kambing lainnya secara alami. Tingkah lakunya juga persis seperti kambing. Bahkan anak singa yang mulai beranjak besar itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing. Ia mengembik bukan mengaum seperti sang singa si raja hutan.
Ia merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing yang lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk berburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu menghadapi serigala.
“Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan keluar.
Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan seperti suara kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa lari serigala.
Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan iba dan marah,
“Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya kau bisa bisa mengusir serigala yang jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia faham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing yang lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa bebuat apa-apa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali berburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing telah tertangkap dan dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang bernai menolong. Anak singa tidak kuasa melihat induk kambing yang telah dianggap sebagai induknya juga yang dicengkeram srigala. Dengan nekad ia lari dan menyerunduk serigala itu. Srigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor anak singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya.
Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak kerasa,
“Emmbiiik!”
Lalu ia mundur. Mengambil ancang-ancang untuk menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.
Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing yang bertubuh singa itu! Atau singa yang bermental kambing itu!
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala sudah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya.
Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, layaknya kambing. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa itu raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikit pun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan aumannya yang dahsat!
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain juga langsung lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata,
“Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku tak akan memakan anak singa!”
Namun anak singa itu terus berlari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
“Jangan bunuh aku, ammpuun!”
“Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak akan membunuh anak singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa berkata, “Tidak, aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangannya sendiri. Lalau membandingkan dengan singa dewasa.
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa si raja hutan!”
“Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
“Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!” kata sanga singa dewasa.
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan dan mengaum dengan keras. Ya, mengaum, meggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari itu serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu.
Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Dari kisah ini, banyak sekali hikmah yang kita dapatkan dan belajar dari kejadian yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ini hanya sebuah ilustarsi, yang jelas kita bukan kambing atau seekor singa, namun ini hanyalah pemisalan bagi kehidupan kita yang tidak menutup kemungkinan masih banyak yang tidak tahu jati diri dan mengenal potensi dirinya. Sehingga akan terbentuklah seperti seekor singa yang bermental kambing.
Padahal kita tahu bahwa sang singa adalah raja hutan. Karena ketidaktahuannya dan pengenalan diri dengan baik, siapa ia, dari mana asalnya dan menjadi apa ia seharusnya? Ya, ada di antara manusia yang sekian lama hidup, malah tidak mengenal diri dan potensi luar (big power) biasa yang telah mereka bawa sejak lahir.
Tidak sedikit manusia yang menjalani hidup ini dengan grafik datar, tidak pernah naik, hanya biasa-biasa saja, ala kadarnya saja yang penting bisa hidup. Sungguh sangat disayangkan jika kita hidup dalam belenggu tidak mengenal siapa diri kita sebenarnya. Hingga kita mengambil kesimpulan dan menjawab dengan rasa malas, langkah yang pesimis dan tak memiliki tujuan yang jelas. Kemalangan yang besar bagi manusia yang hidup tanpa ruh kekuatan, tanpa menggunakan potensi sabagai kekuatan yang luar biasa (big power). Hidup dalam suasana pasrah, apa adanya tanpa ada keinginan untuk berubah dan maju.
Sadar atau tidak, di antara manusia ada yang terlahir dan berpotensi sebagai pemimpin, namun ia tidak mengenal potensi itu ditambah lagi hidup dan bergaul di suatu komunitas orang-orang yang pesimis dan bermental kerdil, maka ketika ia diminta memimpin, di saat itulah ia tidak bisa berbuat apa-apa dan selalu mundur dan mundur. Sebenarnya ia memiliki potensi sebagai pemimpin, namun komunitas yang selalu ia ikuti adalah pecundang, maka terbentuklah ia seorang pecundang juga.
Seperti singa di antara kambing yang mengembik, bukan mengaum. Ia singa bermental kambing, bergaya kambing, makan seperti kambing, hidup seperti kambing, padahal ia adalah raja hutan yang gagah perkasa, tapi karena ia tidak kenal potensi dan kekuatan apa yang sebenarnya yang ia miliki, maka ia terbentuk sebagai kambing bertubuh singa atau singa berprilaku kambing.
Maka, ini merupakan pelajaran yang berharga, agar kita berkaca, melihat diri kita berkali kali di depan cermin, baik berkaca pada diri kita sendiri maupun orang lain yang bisa kita jadikan cermin kehidupan. Kita juga perlu belajar supaya bisa menjadi seperti apa seharusnya kita.
Kita harus mengenal diri dan potensi diri dan berjalanlah, mulailah menata langkah dan menentukan tujuan yang jelas, dan berteriaklah dengan lantang, “Aku pemenang, bukan pecundang!” seperti singa yang telah mengenal diri dan siapa ia, lalu ia berteriak penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Yakinlah bahwa kita adalah manusia yang terbaik dan memiliki potensi yang terbaik yang bisa menjadikan kita manusia yang terbaik dan bermanfaat. Renungkanlah firman Allah berikut ini,
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh berbuat makruf (baik), mencegah dari hal yang mungkar dan beriman kepada Allah.” [QS. Ali-Imran : 110]

Cara Sakti Mengenal Diri

Bagaiman Mengenal Diri Sendiri dengan Baik?

“Tidak penting apa yang terjadi di belakangmu, begitu juga dengan yang ada di depanmu, tetapi yang terpenting apa yang ada pada hatimu (Potensi).” [HIKMAH]
Saya masih teringat dengan sebuah pertanyaan dari seorang siswa yang saya ajar ketika PPL di salah satu SMA Negeri di Kampar, Riau tahun 2008. Begini tulisan SMS tersebut : “Ya, Mr. Bagaimana mengenal diri sendiri dengan baik?” Sebelum SMS ini masuk ke HP saya, saya mengirim kata-kata full inspirasi pada siswa tersebut yang isinya begini : “Orang yang sudah matang itu adalah orang yang mengenal dirinya dengan baik, mengenal segala sesuatu kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya.”

Dari gambaran cerita di atas tentunya kita harus mulai dari mengenal diri kita atau apa saja kelebihan dan kekurang yang ada di dalam diri kita sehingga kita bisa mengembangkannya. Ya, jelas, jika kita tidak mengenal diri, bagaimana kita bisa mengatur langkah dengan baik pula, karena pengenalan diri dan potensi adalah modal dasar yang harus ada dan kita pelajari.
Sadar atau tidak, Allah SWT., telah memberikan anugerah, nikmat yang begitu besar pada kita, bisa kita sebut beberapa bakat. Setiap manusia memiliki bakat atau potensi yang berbeda, di dalam hidup ini apa yang kita lakukan dan kita temukan adalah berkisar dengan bakat-bakat ini, dan yang terpenting setelah menemukannya haruslah mengamalkannya agar memberi sesuatu yang bermanfaat baik pada diri kita maupun orang lain dan lingkungan.
Dalam petualangan dan pencarian jati diri, bakat atau potensi memakan waktu yang begitu banyak dan panjang bahkan tidak sedikit manusia yang tidak menemukannya apa lagi bagi yang tak berusaha menemukannya. Mungkin butuh waktu berhari-hari, berbulan atau bertahun-tahun, namun yang sangat penting bagi kita yang berpetualangan dalam hal ini jangan pernah putus asa, never give up, guys!
Pelajari hal atau pekerjaan yang membuat seseorang merasa puas dan bersemangat melakukannya
Hal yang menjadi titik dasar dalam penemuan dan pencarian jati diri adalah dengan cara berusaha mepelajari dengan seksama mengenai suatu kegiatan yang bisa membuat seseorang merasa begitu bersemangat dan puas dengan melakukan hal tersebut. Dan juga berusaha mempelajari lebih dari satu kemungkinan dan kemampuan digemari dan memiliki ruang yang besar bisa dikerjakan dan diraih.
Tepatnya, yang dikatakan kepuasaan adalah suatu pernyataan yang seseorang merasa begitu nikmat dalam mengerjakan hal yang disenangi. Dan selanjutnya seseorang akan merasakan suatu kepuasan yang lebih perpect and comport, dan kesenangan serta kebanggaan akan muncul di dalam diri seseorang yang menemukan potensinya tersebut.
Suatu aktivitas yang kita lakukan akan mempengaruhi psikologi, memperjelas eksistensi kepribadian serta memberikan rasa percaya diri bahwa seseorang telah melakukan perubahan dan merasakan kemajuan yang berarti sehingga ia ingin selalu melakukan hal yang serupa tanpa jemu dan kontiniu. Maka, tak ayal lagi, inilah yang kita sebut suatu rasa kepuasaan. Kepuasan batin dan begitu nikmat dalam melaksankan hingga seseorang sangat ringan, mudah serta ikhlas melakukan hal tersebut. Yang tak kalah penting adalah kepuasaan yang kita rasakan dalam menjalani hidup ini jangan sampai hilang dan punah begitu saja, karen ia sangat penting seperti pentingnya Anda untuk maju dan bermanfaat.
Antusias yang tinggi dalam mengenal diri
Mengap hingga detik ini ada di antara manusia yang belum dan tidak menemukan potensi diri mereka? Willingness to do more (berbuat lebih dari yang diminta) yang seharusnya ada pada diri manusia yang ingin sukses dalam mengenal diri mereka, mereka memiliki semangat yang tinggi, rasa keingintahuan yang tinggi dan motivasi yang kuat yang bisa membuka jalan menuju istana kekayaan pribadi berupa potensi yang begitu luarbiasa dari sang Maha Pencipta.
Berkaitan denga hal tersebut, maka tidak jarang dari kita yang tidak begitu antusias dalam proses mencari bakat dan kekayaan berupa potensi diri yang sebenarnya akan membuka gerbang kemajuan dan kejayaan, akibat dari semua ini ada dari manusia yang merasakan dunia ini hanya berukuran 3 x 4 saja, sempit, merasa kurang senang, tenang dan tidak menikmati pekerjaan serta hidupnya. Ada yang sepanjang aktivitas mereka diwarnai ketidakseimbangan serta pertentangan yang disebabkan tingkah laku yang kurang sesuai dengan kelebihan (potesni) dan kemampuan (kemahiran) yang dimiliki.
Maka jangan sampai kita melangkah dalam kegundahan karena tidak memilki peta dan perbekalan yang cukup yaitu potensi diri. Sehingga mengakibatkan depresi, impirior, pesimis dan putus asa yang berkepanjangan.
Sekali lagi, potesni itu ibarat peta dan perbekalan yang cukup dalam melangkah dan meraih kesuksesan yang full manfaat.
Kalau kita tidak mengenal potensi sama saja tidak membawa peta hidup serta perbekalan yang cukup, sehingga kita mudah tersesat dan terseret arus. Contohnya saja, ada suatu lowongan pekerjaan untuk salesman, namun karena dia seorang pengangguran yang memiliki ijazah PT tekhnik, ya dari pada-dari pada....mending saya ambil, biar tidak disebut pengangguran lagi..Nah, mungkin saja ia bukan ahli dalam hal ini, tapi ia tetap saja ngotot, barangkali ia memiliki bakat yang lain yang bisa membawa ia kepada kesuksesan yang lebih menjamin. Seharusnya ia ke mana? Seharusnya ia membuka bengkel atau bekerja di perusahaan atau pabrik otomotif, namun ia tidak mengenali diri dan tidak tidak confidence terhadap kemampuan dasarnya yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepadanya.
Untuk menghindari kejadian yang telah kita alami atau yang mungkin akan terjadi, mungkin kita bisa membuat alternatif perencanaan serta usaha-usaha yang lebih baik dalam mengenal diri. Ada pertanyaan yang semoga bisa membantu dan menjadi titik tolak kita dalam mengenal diri dengan baik dan jawabannya ada pada diri kita sendiri. Pertanyaan ini berdasarkan apa yang telah disampaikan Basel Syaikhu sebagai berikut:
1. Kenapa Anda Hidup?
2. Apa yang menjadi perhatian Anda dalam hidup?
3. Prinsip apa yang terpenting apa yang harus Anda terapkan dalam hidup dan pekerjaan Anda?
4. Apa proyek atau rencana terpenting yang ingin Anda capai dalam hidup hingga saat ini?
5. Kemampuan dan kemungkinan apa yang Anda butuhkan agar dapat mewujudkan proyek-proyek masa depan Anda tersebut?
6. Apa pekerjaan yang sangat Anda nikmati, dan berjalannya waktu tidak menyurutkan Anda ketika mengerjakannya?
7. Kekuatan apa yang terpenting menurut Anda?
8. Kekuatan apa yang terpenting menurut cara pandang orang-orang terdekat Anda?
9. Apa kelemahan terpenting dalam diri Anda menurut Anda sendiri?
10. Apa kelemahan terpenting dalam diri Anda menurut orang-orang terdekat Anda?
11. Apa bakat yang Anda miliki yang tidak diketahui oleh orang lain selain diri Anda sendiri?
12. Sifat apa yang sangat Anda kagumi dari orang lain?
13. Siapa yang sangat berpengaruh dalam diri Anda?
14. Kenapa orang ini (yang Anda sebutkan) sangat berpengaruh dalam diri Anda?
15. Kapan saat paling bahagia dalam hidup Anda?
16. Apa yang menyebabkan saat itu menjadi saat paling bahagia dalam hidup?
17. Adakah sesuatu yang mungkin bisa Anda lakukan dan bermanfaat bagi orang lain?
18. Peran-peran penting apakah yang selalu Anda praktikkan dalam hidup ini?
19. Hal-hal apakah yang ingin Anda capai dalam setiap peran Anda tersebut?
20. Sebenarnya Anda ingin menjadi apa? (Aku mau ingin menjadi apa?)
21. Kiasaan negatif apa yang selalu Anda lakukan?
22. Kebiasaan positif apa yang ingin Anda lakukan?
23. Kebiasaab negatif apa yang ingin Anda lakukan?
24. Manfaat apa yang dapat Anda peroleh dari mengubah kebiasaan negatif tersebut?

By: Muklisin Al-Bonai